Minggu, 18 November 2012

Dampak Buruk Kemudahan Mengakses Internet


        
 
      Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan terlebih pada bidang telekomunikasi dan informatika, kini manusia bisa berkomunikasi antar wilayah dengan lebih mudah. Bukan hanya via telepon ataupun SMS, namun juga via media sosial seperti YM, Twitter, Facebook, Skype, dll. Kemudahan ini bisa kita dapatkan cukup dengan memiliki telepon genggam yang bisa mengakses internet, tak peduli waktu (bisa digunakan di segala waktu) dan suasana. Hampir semua provider telah menyediakan berbagai paket internet dengan harga yang cukup terjangkau.
        Tentunya dengan segala kemudahan yang telah ada akibat kemajuan teknologi, masyarakat tidak akan menyia-nyiakannya. Terutama pada usia remaja, usia remaja yang tergolong memiliki emosi labil memanfaatkan secara ‘habis-habisan’ kemudahan ini. Menggunakan gadget sejak bangun tidur hingga akan tidur lagi. Terlebih pada sosial media seperti facebook dan twitter. Mereka mengekspresikan perasaan serta kegiatan mereka secara bebas di sosial media.
     Memang tidak ada larangan untuk memposting sesuatu di internet selama tidak mengandung SARA, tetapi kini terlihat sudah berlebihan para remaja yang terlalu mengekspos kehidupan pribadinya di media sosial. Seperti contoh, seorang remaja yang ketika ingin pergi makan ia memposting terlebih dahulu di twitter dan facebook lalu sesampainya di tempat makan ia mempostingnya di foursquare setelah makanannya datang ia memfotonya terlebih dahulu lalu di upload ke instagram yang telah otomatis tersambung ke twitter dan facebook, dst. Bukankah itu sudah berlebihan? Menurut saya itu sangat berlebihan.
        Tanpa disadari dengan segala sesuatu yang telah mereka posting dapat memudahkan orang yang berniat jahat untuk mengetahui kegiatan serta keberadaan mereka. Maka tidak jarang timbul kasus penculikan yang bersumber dari media sosial. Biasanya kasus ini dialami oleh remaja wanita. Cukup dengan mengetahui keberadaannya, penculik bisa mencari target dengan mengamati foto yang terdapat di media sosialnya.
       Sesuatu yang dipostingpun dapat menimbulkan kecemburuan sosial, tidak sedikit remaja yang mengumbar foto-foto barang mewah atau berada di tempat-tempat berkelas. Namun, tidak sedikit juga remaja yang tidak bisa merasakan hal tersebut. Sehingga tanpa disadari banyak timbul kecemburuan sosial yang bermula dari media sosial.
      Bukan hanya media sosial, tetapi kemudahan mengakses game online juga memiliki berbagai dampak. Namun, disini saya tidak akan menjelaskan hal tersebut karena saya sudah mengulasnya pada tulisan sebelumnya.
       Sadarkah kita bahwa hal-hal yang telah saya sebutkan di atas bermula dari kecanduan? Untuk sebagian orang yang belum terlalu akut mungkin menyadarinya, tetapi untuk yang sudah sangat akut menganggap bahwa itu semua hanyalah sekedar rutinitas harian yang sayang bila dilewatkan. Apapun yang akan dilakukan harus dilaporkan ke media sosial, melebihi kewajiban lapor ke RT/RW yang baru lakukan saat sudah melebihi 24 jam.
        Kecanduan akan internet ini tentulah hal yang negatif. Seperti kata pepatah “sagala sesuatu yang berlebihan tidaklah baik”. Kalau sudah begini, lingkungan luas akan merasakan dampaknya. Kemudahan yang telah tercipta terkadang malah menjadi kesulitan dikemudian harinya. Seperti kemudahan mengakses internet yang bisa berpengaruh ke kondisi psikologis seseorang lalu meluas ke lingkungan sekitarnya.
        Seperti yang sudah diketahui, untuk menyembuhkan kecanduan bukanlah hal mudah. Jadi, kalau masih bisa dicegah mengapa harus repot mengobati bukan? Mulailah dari diri sendiri untuk bisa mencegah lalu barulah ajak orang-orang di sekitar.
     Untuk yang masih menggunakan internet dalam taraf wajar, pertahankanlah jangan sampai menjadi berlebihan. Sedangkan untuk yang mulai ketergantungan, mulailah membatasi diri untuk mempergunakan internet seperti memberi jadwal untuk mengakses internet hanya pada waktu-waktu tertentu. Ajak orang sekitarmu untuk mengingatkan. Namun, untuk yang sudah kecanduan ada baiknya mulai mengurangi waktu untuk mengakses internet. Jika tidak ingin berkonsultasi pada ahlinya (pada kasus ini mungkin psikolog yang bisa membantu) maka berjanjilah pada diri sendiri bahwa tanpa bantuan para ahlipun kecanduan tersebut bisa sembuh.
        Mengingat pepatah asal cina, semua bersumber dari diri sendiri. Bermula dari mengubah diri sendiri untuk menjadi lebih baik lalu menyebar ke lingkungan sampai akhirnya duniapun bisa berubah menjadi lebih baik dengan adanya perubahan dari setiap individu di dalamnya.