Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan terlebih pada bidang telekomunikasi dan
informatika, kini manusia bisa berkomunikasi antar wilayah dengan lebih mudah. Bukan
hanya via telepon ataupun SMS, namun juga via media sosial seperti YM, Twitter,
Facebook, Skype, dll. Kemudahan ini bisa kita dapatkan cukup dengan memiliki
telepon genggam yang bisa mengakses internet, tak peduli waktu (bisa digunakan
di segala waktu) dan suasana. Hampir semua provider telah menyediakan berbagai
paket internet dengan harga yang cukup terjangkau.
Tentunya
dengan segala kemudahan yang telah ada akibat kemajuan teknologi, masyarakat
tidak akan menyia-nyiakannya. Terutama pada usia remaja, usia remaja yang
tergolong memiliki emosi labil memanfaatkan secara ‘habis-habisan’ kemudahan
ini. Menggunakan gadget sejak bangun tidur hingga akan tidur lagi. Terlebih pada sosial media seperti facebook dan twitter. Mereka mengekspresikan
perasaan serta kegiatan mereka secara bebas di sosial media.
Memang
tidak ada larangan untuk memposting sesuatu di internet selama tidak mengandung
SARA, tetapi kini terlihat sudah berlebihan para remaja yang terlalu mengekspos
kehidupan pribadinya di media sosial. Seperti contoh, seorang remaja yang
ketika ingin pergi makan ia memposting terlebih dahulu di twitter dan facebook
lalu sesampainya di tempat makan ia mempostingnya di foursquare setelah makanannya
datang ia memfotonya terlebih dahulu lalu di upload ke instagram yang telah
otomatis tersambung ke twitter dan facebook, dst. Bukankah itu sudah
berlebihan? Menurut saya itu sangat berlebihan.
Tanpa
disadari dengan segala sesuatu yang telah mereka posting dapat memudahkan orang
yang berniat jahat untuk mengetahui kegiatan serta keberadaan mereka. Maka tidak
jarang timbul kasus penculikan yang bersumber dari media sosial. Biasanya kasus
ini dialami oleh remaja wanita. Cukup dengan mengetahui keberadaannya, penculik
bisa mencari target dengan mengamati foto yang terdapat di media sosialnya.
Sesuatu
yang dipostingpun dapat menimbulkan kecemburuan sosial, tidak sedikit remaja
yang mengumbar foto-foto barang mewah atau berada di tempat-tempat berkelas. Namun,
tidak sedikit juga remaja yang tidak bisa merasakan hal tersebut. Sehingga tanpa
disadari banyak timbul kecemburuan sosial yang bermula dari media sosial.
Bukan
hanya media sosial, tetapi kemudahan mengakses game online juga memiliki
berbagai dampak. Namun, disini saya tidak akan menjelaskan hal tersebut karena
saya sudah mengulasnya pada tulisan sebelumnya.
Sadarkah
kita bahwa hal-hal yang telah saya sebutkan di atas bermula dari kecanduan? Untuk
sebagian orang yang belum terlalu akut mungkin menyadarinya, tetapi untuk yang
sudah sangat akut menganggap bahwa itu semua hanyalah sekedar rutinitas harian
yang sayang bila dilewatkan. Apapun yang akan dilakukan harus dilaporkan ke
media sosial, melebihi kewajiban lapor ke RT/RW yang baru lakukan saat sudah
melebihi 24 jam.
Kecanduan
akan internet ini tentulah hal yang negatif. Seperti kata pepatah “sagala
sesuatu yang berlebihan tidaklah baik”. Kalau sudah begini, lingkungan luas
akan merasakan dampaknya. Kemudahan yang telah tercipta terkadang malah menjadi
kesulitan dikemudian harinya. Seperti kemudahan mengakses internet yang bisa
berpengaruh ke kondisi psikologis seseorang lalu meluas ke lingkungan
sekitarnya.
Seperti
yang sudah diketahui, untuk menyembuhkan kecanduan bukanlah hal mudah. Jadi,
kalau masih bisa dicegah mengapa harus repot mengobati bukan? Mulailah dari
diri sendiri untuk bisa mencegah lalu barulah ajak orang-orang di sekitar.
Untuk
yang masih menggunakan internet dalam taraf wajar, pertahankanlah jangan sampai
menjadi berlebihan. Sedangkan untuk yang mulai ketergantungan, mulailah
membatasi diri untuk mempergunakan internet seperti memberi jadwal untuk
mengakses internet hanya pada waktu-waktu tertentu. Ajak orang sekitarmu untuk
mengingatkan. Namun, untuk yang sudah kecanduan ada baiknya mulai mengurangi
waktu untuk mengakses internet. Jika tidak ingin berkonsultasi pada ahlinya (pada
kasus ini mungkin psikolog yang bisa membantu) maka berjanjilah pada diri
sendiri bahwa tanpa bantuan para ahlipun kecanduan tersebut bisa sembuh.
Mengingat pepatah asal cina, semua bersumber dari diri sendiri. Bermula dari
mengubah diri sendiri untuk menjadi lebih baik lalu menyebar ke lingkungan
sampai akhirnya duniapun bisa berubah menjadi lebih baik dengan adanya perubahan
dari setiap individu di dalamnya.
menurut yuni, apakah lebih baik kita tidak mempunyai account sosial network agar terhindar dr yang namanya kecanduan itu? atau kita ttp membuat account social network dan membiarkan kecanduan itu muncul dan hilang? :)
BalasHapusmempunyai account socmed tidaklah buruk jika sedari awal kita tau apa tujuan kita membuatnya, karena di socmed jg banyak informasi yg bisa kita dapati lebih awal dibanding media massa, batasi diri sedari awal mendaftar di socmed lebih baik. tapi pilihan ada di diri masing-masing :)
BalasHapuskawan, Yuk kita ikut lomba 10 kategori lomba khusus bagi mahasiswa Universitas Gunadarma. Edisi
BalasHapusDesember2012 ini diperuntukan bagi mahasiswa S1 dan D3. Tersedia 100 pemenang, atau 10 pemenang
untuk setiap kategori. link
http://studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php?stateid=shownews&idn=755
kalian nggak mau ketinggalan kan untuk update terhadap berita studentsite dan baak , maka dari itu, yuk pasang RSS di Studentsite kalian.. untuk info lebih lanjut bagaimana cara memasang RSS , silahkan kunjungi link ini
http://hanum.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5
makasi :)