Ø
Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisa
Dipelopori oleh Sigmund
Freud yang merumuskan psikologi manusia di mana kepribadian manusia merupakan
totalitas, bukan bagian-bagian yang terpisah. Menurut Freud (1923), pikiran
kita memiliki tiga struktur, yaitu Id,
Ego dan Superego.
Ketiga struktur ini membentuk psyche (bahasa Yunani dari “jiwa”) dan
ketiganya secara terus-menerus berinteraksi sata sama lain secara dinamis. Freud
menggunakan istilah psikodimanika untuk menggambarkan proses interaksi antara
struktur kepribadian yang terjadi di balik perilaku yang dapat terobservasi.
·
Id adalah
struktur kepribadian yang mengandung insting seksual dan agresif yang oleh
Freud disebut sebagai suatu ‘kawah yang mendidih’. Tidak dapat menembus area
sadar, Id berada sepenuhnya pada lapisan tidak sadar. Id mengikuti prinsip kenikmatan, suatu kekuatan yang
mendorong ke arah pemenuhan segera terhadap kebutuhan dan nafsu seksual. Menurut
Freud, kenikmatan hanya dapat diperoleh ketika tekanan terhadap suat keinginan
atau hasrat berkurang. Upaya Id untuk mencapai kepuasan tidak perlu melalui
pemberian penghargaan yang nyata terkait dengan kebutuhan yang dirasakan. Id menggunakan
prinsip harapan pemenuhan kebutuhan untuk mencapai kepuasan. Freud (1911)
menggunakan frasa proses berpikir primer
untuk menggambarkan secara bebas asosiasi, keanehan dan representasi kognitif
yang menyimpang tentang dunia yang dimiliki oleh Id.
·
Pusat kesadaran
dalam kepribadian adalah Ego. Ego berfungsi
untuk memberikan kekuatan mental kepada individu untuk membuat penilaian,
memori, persepsi dan pengambilan keputusan yang membantu individu untuk
beradaptasi terhadap realitas yang ada di dunia luar. Hal ini berbeda dengan Id
yang tidak mampu membedakan fantasi dan realitas. Ego diperlukan untuk mengubah
suatu harapan ke pemenuhan yang nyata. Freud (1911) menggambarkan ego sebagai
suatu yang dibangun atas prinsip
realitas, suatu kekuatan motivasi yang mendorong individu untuk menghadapi
tekanan dari dunia luar. Berlawanan dengan proses berpikir primer tidak logis
yang dimiliki oleh Id, fungsi ego dicirikan dengan proses berpikir sekunder yang melibatkan proses penyelesaian masalah
secara logis dan rasional.
·
Superego,
sebagaimana namanya, berada di ‘atas’ ego mengontrol usaha yang dilakukan ego
untuk memenuhi hasrat Id. Freud percaya bahwa tanpa superego, seseorang akan
mencari kepuasan terhadap hasrat Id melalui cara yang tabu atau secara sosial
tidak dapat diterima. Superego juga disebut sebagai hati nurani seseorang dan
berlaku sebagai pemberi inspirasi. Termasuk di dalamnya adalah ego ideal yang
merupakan model individual mengenai bagaimana seseorang seharusnya bertingkah
laku.
Kesimpulannya, menurut Freud
(1923), dalam kepribadian seseorang yang sehat, Id mencapai hasrat insting
melalui kemampuan ego untuk mengarahkannya di dunia nyata dalam suatu lingkung
yang diizinkan oleh superego.
Ø
Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme
Behaviorisme menganalisa
perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan dan diramalkan. Teori kaum
behaviorisme lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka
seluruh perilaku manusia –kecuali insting, adalah hasil belajar. Belajar artinya
perubahan perilaku organisme sebagai sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak
mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional,
behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh
faktor-faktor lingkungan, yang kemudian timbul konsep ‘manusia misteri’.
Aristoteles berpendapat
bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, pada waktu lahir
manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna didapat dari penglaman. Pengalaman
adalah satu-satunya jalan menuju pengetahuan.
Penglaman adalah paling
berpengaruh dalam membentuk perilaku yang kemudian dibuktikan Watson bersama
Rosale Rayner membuat eksperimen menimbulkan dan menghilangkan rasa takut yang
dilakukan pada Albert dengan tikusnya.
Albert yang suka dengan
tikus kemudian mendapat perlakuan dipukul ketika dia mendekati tikus, sampai
akhirnya dia trauma dengan tikus eksperimen Albert bukan saja membuktikan
betapa muridnya membentuk atau mengendalikan manusia, tetapi juga melahirkan
metode pelaziman klasik (classical
conditioning), yaitu memasangkan stimuli yang netral atau stimuli
terkondisi (tikus putih) dengan stimuli tertentu (yang tidak terkondisikan –unconditioned stimulus) yang melahirkan
perilaku tertentu (unconditioned response).
Skinner membuat eksperimen dengan menggunakan merpati. Bila kaki merpati
menyentuh tombol maka akan turun makanannya.
Bandura menambahkan
konsep belajar sosial. Ia mempermasalahkan peranan ganjaran dan hukuman dalam
proses belajar. Banyak perilaku manusia yang tidak dapat dijelaskan dengan
mekanisme pelaziman atau peneguhan. Misalnya, anak berusia dua tahun dapat
berbicara dalam bahasa ibunya. Kaum behaviorisme tradisional menjelaskan hawa
kata-kata yang semula tidak ada maknanya, dipasangkan dengan lambang atau objek
yang punya makna (pelaziman klasik). Mula-mula anak mengucapkan bunyi-bunyi
yang tidak bermakna, kemudian orang tua secara selektif meneguhkan ucapan yang
bermakna. Menurut Bandura, belajar terjadi karena peniruan (imitation).
Ø
Konsepsi Manusia dalam Psikologi Humanistik
Psikologi humanistik
dianggap sebagai revolusi ketiga dalam psikologi. Pada behaviorisme dan
psikoanalisa. Pada behaviorisme manusia hanyalah masin yang dibentuk
lingkungannya, manusia sebagai robot tanpa juwa dan tanpa nilai. Pada psikoanalisa
manusia dipengaruhi oleh naluri primitifnya. Keduanya tidak menghormati manusia
sebagai manusia.
Pendekatan ini menekankan
bahwa masing-masing individu memiliki kemerdekaan yang besar untuk mengarahkan
masa depannya, kapasitas yang luas untuk mengembangkan pribadi, nilai intrinsik
dan potensinya yang sangat besar untuk emenuhan diri (self-fulfillment).
Fenomenologi memandang
manusia, manusia hidup dalam ‘dunia kehidupan’ yang dipersepsi dan
diinterpretasi secara subyektif. Setiap orang mengalami dunia dengan caranya
sendiri; alam pengalaman setiap orang berbeda dari alam pengalaman orang lain.
Perhatian pada makna
kehidupan adalah juga hal yang membedakan psikologi humanistik dari mahzab yang
lain. Manusia bukan saja pelakon dalam panggung masyarakat, bukan saja pencari
identitas, tetapi juga pencari makna. Terkadang manusia sering bertanya; apakah
hidupnya bermakna?
Manusia bukan sekedar
mekanisme atau hasil proses pelaziman, manusia adalah wujud yang selalu mencari
makna, dia bahwa hatinya selalu resah sebelum menemukan makna dalam hidupnya. Menurut
Franki asumsi-asumsi psikologi humanistik; keunikan manusia, pentingnya nilai
dan makna, serta kemampuan manusia untuk mengembangkan dirinya.
Terkait dengan
pandangan Rogers mengenai seseorang yang
berfungsi penuh adalah teori yang dikemukakan oeh Abraham Maslow (1962) yang
menekankan aktualisasi diri, pencapaian maksimal dari potensi perkembangan
psikologi seseorang. Sebelum mencapai aktualisasi diri, individu perlu melewati
tahap pemenuhan:
·
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
·
Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs/the security needs)
·
Kebutuhan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)
·
Kebutuhan akan penghargaan (the self-esteem needs)
·
Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
Kebutuhan-kebutuhan tersebut
dikatakan berhierarki karena kebutuhan yang lebih tinggi menuntut dipenuhi
apabila kebutuhan yang tingkatnya lebih rendah sudah terpenuhi.
Sumber:
Halgin, Richard P.,
Whitbourne, Susan Krauss. (2009). Abnormal Psychology:
Clinical Perspectives on Psychological Disorders, 6thed. New
York: McGraw Hill.
Basuki, Heru A.M. (2008).
Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma.
Gusfa, Henni. Modul 3:
Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Mercu Buana.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar